PEMBAHASAN
Agama Hindu
Agama Weda
Agama Weda Purba
Sumber-Sumbernya
Pada zaman ini hidup keagamaan orang Hindu di dasarkan atas Kitab-kitab yang disebut dengan Weda Samhita yang berarti pengumpulan Weda.
Sebagai wahyu dewa yang tertinggi maka Weda Weda itu disebut sruti yang secara harfiah berarti: apa yang didengar, yaitu didengar dari dewa tertinggi. Orang hindu yakin bahwa kitab Weda bukan berasal dari hasil karya manusia, Weda Weda adalah kekal, yang dinyatakan dan diwahyukan oleh Tuhan kepada seluruh rsi. Para rsi tadi melihat atau mendengar kebenaran itu. Bentuk apa yang diwahyukan tadi adalah mantera-mantera.
Sesudah mantera-mantera dibukukan , lalu dibagi menjadi empat bagian atau pengumpulan (Samhita), yaitu;
Rig Weda yang berisi matera mantera dalam bentuk puji-pujian yang digunakan untuk mengundang para dewa agar berkenan hadir pada upacara upacara korban yang diadakan oleh mereka. Imam imam atau pendeta yang mengajikan pujian pujian tersebut.
Sama-Weda, yang isinya hampir seluruhnya diambil dari Rig Weda, keculi beberapa nyanyian. Perbedaannya dengan Rig Weda ialah bahwa pujian pujian disini di beri lagu (Sama = Lagu).
Yajur Weda, yang berisi yajus atau rapai, diucapkan oleh imam atau pendeta yang disebut Adwaryu, yaitu pada saat ia melaksanakan upacara korban. Rapal rapal itu bukan untuk memuji para dewa melainkan untuk merobah korban mejadi makanan para dewa .
Artharwa Weda, yang berisi mantera mantera sakti. Matera mantera ini dihubungkan dengan bagian hidup keagamaan yang rendah, sebagai yang tampak dalam sihir dan tenun. Isi sihir tadi dimaksudkan untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, mencelakakn musuh, dan sebagainya.
Isi Kitab Weda
Menurut kitab Weda samhita ada dua golongan zat hidup yang berkedudukan lebih tinggi daripada manusia , yaitu dewa yang bersikap murah kepada manusia dan roh jahat yang bersikap memusuhi manusia yang karenanya harus dilawan dengan pertolongan para dewata atau dengan upacara keagamaan.
Para Dewata
Kitab Rig Weda menyebutkan adanya 33 dewata, yang dapat dibeda bedakan atas dewa langit, dewa angkasa, dan dewa bumi.
Roh Roh Jahat
Ada dua golongan roh jahat yaitu roh jahat yang tinggi martabatnya, dan menjadi musuh para dewa. Diantaranya adalah Wrta, musuh dewa Indra, yaitu roh yang menguasai musim kemarau.
Roh jahat yang termasuk rendah martabatnya, diantranya adalah Raksa yang sering menampakkan dirinya sebagai binatang atau sebagai manusia, dan pisaca yang makan daging mentah atau jenazah.
Praktek Keagamaan
Yang menjadi pusat pemujaan orang orang pada zaman ini adalah korban. Korban korban itu dipersembahkan dengan maksud untuk mendapatkan kemurahan dewa dewa, untuk menghindarkan diri dari permusuhan roh roh yang jahat dan untuk memuja para leluhur.
Dengan korban mereka bermaksud untuk menggerakkan hati para dewa sehingga mereka berkenan mengabulkan permohonan permohonan yang diajukan besamaan dengan para korban korban itu.
Korban dalam agama Hindu ada dua macam yaitu korban tetap yang dilakukan tiap kali pada waktu pagi dan sore, tiap bulan dan bulan purnama tiap awal musim semi, musim hujan dan musim dingin.
Disamping itu ada korban berkala yang dikorbankan jika ada keperluan, sebagai umpamanya : korban soma aswameda atau korban kuda, rajasya dan sebagainya.
Agama Brahmana
Agama Brahmana bersumber dari kitab Brahmana, yaitu bagian kitab Weda yang kedua. Kitab kitab ini ditulis oleh para imam atau Brahmana yang dalam bentuk prosa yang isinya memberi keterangan tentang korban.
Pada zaman Brahmana ini memang timbul perubahan perubahan suasana, ciri ciri zaman ini adalah
Korban mendapatkan tekanan yang berat.
Korban menjadi golongan yang paling berkuasa.
Perkembangan kasta dan asrama.
Dewa dewa berubah perangainya.
Timbul kitab kitab sutra.
Hal korban dalam zaman ini berkembang hingga mencapai puncaknya sebab didalam agama Brahmana korban menjadi alat untuk memperoleh kekuasaaan atas dunia sekarang dan akhirat. Oleh karena itu pada zaman ini muncullah keterangan bahwa bahwa korban sudah kekal. Penciptaan dunia misalnya dengan korban yang dilakukan oleh dewa yang tertinggi yaitu Prajapati atau Brahma. Mereka juga menyakini bahwasanya para imam yang memiliki kecakapan mempengaruhi rupa korban, dan berpengaruh terhadap berhasilnya uapacara tersebut.
Pada zaman ini juga timbul kasta kasta yaitu kasta brahmana (para imam), kasta Ksatria (yang memerintah), kasta Waisy
a (para pekerja), dan kasta Sudra (rakyat jelata). Memang asal mula kasta kasta tidak jelas, tapi didalam kitab rig Weda kasta kasta tersebut timbul dari anggota tubuh purusa, pencipta dunia. Mulutnya menjadi kata Brahmana, kedua tangannya menjadi kasta Ksatria, pahanya menjadi kasta Waisya dan kakinya menjadi kasta Sudra.
Dengan adanya kasta atau warna timbullah juga yang disebut dengan warnasramadharma, yaitu suatu konsep sosial yang memberikan aturan aturan bagi tindakan tindakan sesuai dengan status sosial dia dimasyarakat (kasta dan warna kulitnya) hal ini dinamakan dengan asrama, yang membagi hidup manusia menjadi menjadi empat tingkatan hidup, yaitu 1) Brahmacarya 2) Grhastha 3) Wanaprastha 4) Sannayasa.
Agama Upanisad
Hidup keagamaan pada zaman ini bersumber kepada bagian akhir kitab Weda yaitu kitab Aranyaka dan Upanisad.
Kitab Aranyaka disusun oleh para petapa yang berada didalam hutan (aranya) isinya kebanyakan membahas pembahasan yang ada di dalam kitab Upanisad, karena itu ada banyak kesamaan dalam kedua kitab ini.
Ajaran Upanisad dapat disebut dengan monism atau yang bersifat idealistis, artinya ajarannya mengajarkan bahwa segala sesuatu dapat dikembalikan kepada satu asas, yaitu Brahman dan Atman. Brahman adalah asas alam semesta sedang Atman adalah asas manusia.
Dalam agama Upanisad juga ada kepercayaan akan karma yang mengajarkan bahwasanya segala sesuatu yang dilakukan oleh karma baik dewa maupun manusia dan binatang atau tumbuh tumbuhan dipengaruhi oleh perbuatan kita pada zaman kehidupan yang mendahului kehidupan ini dan akan mempengaruhi hidup yang akan datang.
Ajaran karma menyebabkan adanya samsara yaitu perputaran kelahiran, yaitu perputaran antara hidup dan mati tanpa putus putusnya. Hukum ini berlaku kepada manusia maupun para dewa dewa. Siapa yang ingin mendapatkan kelepasan, ia harus dapat menghapuskan segala keinginannya, syarat untuk menghapus segala sendiri “aku ini” ia akan bebas dari mati.
Zaman Agama Buddha
Mulai pada abad ke 6 hingga ke 2 SM, keadaan india dapat dikatakan agak kacau. Pada zaman ini ada krisis politik. Bangsa bangsa asing memasuki wilayah India, hingga keamanan terganggu. Umpamanya pada awal abad ke 6 SM Raja Darius I dari Persia memasuki bagian Barat India dan menjadikannya menjadi suatu provinsi Persia. Oleh karena kepercayaan kepada dewa dewa sudah tidak hidup lagi, maka merosotlah hidup kesusilaan. Timbullah orang orang yang ingin memperbaharui keadaan. Itulah pada zaman ini banyak timbul pemikiran pemikiran falsafati yang beraneka ragam, sebaliknya pada zaman ini juga penuh pertentangan.
Yang termasuk revormator penting pada zaman ini adalah Gautama (Buddha) dan Wardhamana.
Dapat dikatakan pada zaman ini di satu piahak meneimbulkan pikiran pikiran yang ateistis, seperti umpamanya: agama Jain dan agama Buddha, sedang di lain pihak menimbulkan aliran yang theistis, seperti umpamanya : kitab Bhagawadgita, agama Siwa dan Mahayana. Golongan ketiga yang di timbulkan pada zaman ini adalah aliran falsafah seperti umpamanya Samkhaya, Yoga, dan sebagiannya.
Zaman Sesudah Buddha
Agama Buddha yang timbul pada abad ke 5 SM berkembang sangt cepat sekali. Pada abad ke 3 SM yaitu pada pemerintahan raja Asoka, agama Buddha menjadi agama Negara dan menjadi agama dunia yang pengaruhnya hingga jauh luar India. Agama Hindu purba terdesak. Sekalipun agama Hindun melakukan perkembangan dengan menyesuaikan diri kepada segala sesuatu yang dijumpainya.
Bentuk terakhir agama Hindu, yaitu bentuk yang dimiliki sesudah zaman agama Buddha, mewujudkan suatu campuran yang terdiri dari berbagai macam unsur keagamaan. Bentuk ini terlebih lebih dipengaruhi oleh keyakinan keyakinan bangsa Drawida di India Selatan.
Sumber keagamaan pada zaman ini terdapat dalam kitab kitab Purana, Wiracarita dan Dharmasastri, serta keputakaan kepustakaan lainnya.
AGAMA BUDDHA
Sejarah dan Sumber Ajaran Agama Buddha
Agama Buddha di dirikan oleh oleh Buddha Gautama yang bernanma Sidartha Gautama. Ia adalah anak daro raja Suddhona yang memerintah atas suku sakya. Ibnya bernama Maya ia dibesarkan di ibu kota kerajaan. Setelah mengalami perjalanan spiritual yang sedemikian rupa ia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan seluruh kehidupannya di kerajaan dan mengembara.
Kitab agama Buddha dapat di kelompokkan menjadi dua bagian yang pertama kitab sutra, yang termasuk kitab sutra ialah kitab kitab yang di pandang sebagai ucapan Buddha sendiri meskipun kitab kitab tersebut di tulis setelah wafatnya sang Buddha sendiri. Yang kedua ialah sastra, yaitu urayan yang ditulis oleh tokoh tokoh ternama yang biasanya disusun secara sistematis.
Sejarah agama Buddha dibagi menjadi dua tahap yang pertama; abad ke 6 hingga abad ke 3 SM. tahap ini ditentukan oleh dua muktamar sekaligus muktmar di rajgraha dan mukatmar di Waisali. Tahap kedua adalah dari abad ke 3 SM hingga abad ke 2 M. Pada tahun 269 SM Asoka memerintah hingga tahun 233 SM. mula mulanya ia memusuhi agama Buddha kemudia ia bertaubat. Di bawah pemerintahannya agama Buddha berkembang dengan pesat, hingga sampai luar India. Zaman ini juga di warnai dengan perselisihan antara mazhab yang berbeda sekali antara yang satu dan yang lain. Maka atas dasar itulah maka pada tahun 240 SM di Patalipura diadakan muktamar lagi.
Ajaran Agama Buddha
Ajaran agama Buddha dirangkumkan didalam apa yang di sebut Triratna (tiga batu permata), yaitu, Bhuddha, Dharma dan Sangha.
Kepercayaan Buddhis hidup Sang Buddha sebagai perorangan, sebagai manusia Sidharta atau sebagai Gautama atau Sakyamuni tidaklah penting. Buddha adalah sebuah gelar, suatu jabatan atau seseorang tokoh yang sudah pernah menjelma menjadi seseorang.
Menurut keyakinan Buddhis sebelum tahap zaman sekarang ini sudah ada tahap-tahap yang tidak tebilang banyaknya. Tiap zaman memiliki Buddhanya sendiri sendiri. Menurut jama’ah selatan, sebelum Buddha Gautama sudah ada 24 Buddha yang mendahuluinya. Tetapi menurut jama’ah utara ada lebih banyak lagi.
Ajaran lain yang dijarkan dalam agama Buddha adalah dharma. Dharma adalah doktrin atau pokok ajaran yang dirumuskan didalam sesuatu yang disebut ; empat kebenaran yang mulia atau empat aryasatyani, yaitu ajaran yang diajarkan Buddha Gautama di Benares, sesudah ia mendapatkan pencerahan.
Aryasatyani atau kebenaran yang mulia itu terdiri dari empat kata, yaitu; Dukha (penderitaan), Samudya (sebab penderitaan ada sebabnya), Nirodha (pemadaman) dan Marga (jalan kelepasan).
Adapun ajaran tentang Anitya atau Anicca adalah ajaran yang sangat bertentangan dengan ajaran agama Hindu yang mengajarkan tentang adanya samsara yang dapat dikatakan kekal; ada urutan kejadian yang bergerak keluar dan bergerak kedalam, yang seiring juga terjadi bersamaan, ada urut-urutan waktu yaitu waktu yang lalu, waktu yang sekarang dan yang kelak. Akan tetapi dalam agama Buddha tidaklah demikian, tidaklah ada sesuatu yang kekal, hidup adalah suatu rentang yang terjadi dalam waktu yang sesaat dan apa yang sudah terjadi tidak akan ada lagi. Hidup adalah setiap arus yang terdiri dari hal yang setiap kali terjadi. Hal ini digambarkan seperti nyala api. Nyala api seolah-olah tetap ada. Tetapi hal ini tidaklah benar. Sebab sebenarnya setiap kali ada nyala yang beru, yang kemudian hilang, maka akan disusul dengan nyala yang baru lagi. Demikiankah seharusnya.
Agama Buddha juga mengajarkan tentang anatman atau anata. Ajaran ini tidak bisa dipisah dengan ajaran tentang anitya yang mengajarkan segala sesuatu tidak ada yang kekal. Jika tidak ada sesuatu yang berubah maka begitu pula dengan jiwa manusia. Manusia sebenarnya tidak berjiwa. Manusia adalah suatu kelompok yang terdiri dari unsur unsur jasmani dan rohani. Didalamnya tiada pribadi yang tetap. Kelima indra manusia, budi serta perasaanya sebeanarnya itdak didiami oleh satu pribadi. Keadaan mental manusia sebenarnya adalah gejala gejala, sama seperti gejala gejala yang lain. Di belakang gejala mental itu tiada tersembunyi suatu pribadi atau ego.
Sebagaimana agama Hindu memiliki konsep karma didalam agama Buddha juga ada konsep karma. Dalam agam Buddha karma menyebabkan kelahiran kembali. Tetapi yang dilahirkan kembali bukanlah jiwa melainkan watak atau sifat manusia, atau boleh juga disebut dengan kepribadian, namun kepribadian yang tanpa pribadi. Ajaran ini meneguhkan bahwa suatu perbuatan tentu didikuti oleh akibatnya, sama seperti kuda diikuti oleh keretanya.
Kelepasan (Nirwana)
Dalam agama Buddha terdapat konsep Nirwana yang secara harfiah berarti pemadaman atau pendinginan. Apa yang padam, tiada lagi, yaitu apinya. Apa yang menjadi dingin bukan musnah melainkan hilang panasnya. Kedua hal ini bisa disebut dengan dua segi dalam satu kenyataan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Agama dan Buddha adalah agama yang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut tidak lepas dari kenyataan bahwasanya kedua agama ini adalah agama yang tua di dunia ini, hal yang mendukung dalam ini juga dikarenakan kedua agama ini tumbuh dan berkembang di tempat yang unik juga yaitu Bumi India.